Patuh dan Taat kepada orang tua adalah hal yang sangat penting. Saking pentingnya, Allah Ta'ala memberikan perintah,
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا ﴿الإسراء: ٢٣﴾ـ
Artinya: "Dan Tuhan engkau telah memerintahkan supaya jangan menyembah selain kepada-Nya dan berbuat baiklah terhadap ibu-bapak. Jika salah seorang dari mereka atau kedua-duanya mencapai usia lanjut dalam kehidupan engkau, maka janganlah engkau mengatakan ah terhadap keduanya dan janganlah engkau hardik keduanya, dan berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang hormat."
Dengan ayat ini, kedudukan yang pertama dan utama diberikan kepada I’tikad tauhid Ilahi, dan celaan utama diberikan terhadap kemusyrikan, sebab keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan benih yang darinya tumbuh semua sifat terpuji, serta tiadanya iman kepada tauhid merupa kan akar semua dosa. Inilah yang merupakan dasar dan asas untuk hukum alam dan peraturan syariat.
Perintah penting kedua yang telah dikemukakan dalam ayat ini adalah bertalian dengan perilaku manusia dalam segi akhlak. Kewajibannya terhadap orangtuanya merupakan bagian terpenting, sebab orangtua lah yang pertama-tama menjadi sebab terarahnya perhatian manusia kepada Tuhan dan orangtua lah yang bagaikan cermin membayangkan sifat-sifat Tuhan, dan pada diri mereka sifat-sifat itu mendapatkan perwujudan praktis dalam ukuran kecil berupa manusia.
Tetapi di mana perintah yang bertalian dengan Tuhan kalimatnya negatif, maka dalam hubungan dengan orangtua perintah itu kalimatnya positif. Manusia diberitahu bahwa, oleh karena tidak mungkin bagi dia membalas karunia-karunia Tuhan, ia sekurang-kurangnya harus menjauhi syirik, tetapi oleh karena dalam hubungan dengan orangtuanya ia mempunyai kemampuan cinta dan kasih-sayang mereka – sekalipun dalam ukuran yang sangat tidak berimbang – ia diberi perintah yang positif untuk berbuat baik dan penuh kasih-sayang terhadap mereka.
Mengenai kata uff, dalam bahasa arab, kata tersebut dipergunakan untuk menyatakan rasa muak dengan bunyi kata dari mulut, dan nahr dipakai untuk menyatakan rasa muak dengan perbuatan. Dengan menggabungkan kedua kata tersebut, ayat ini hendak mengemukakan, bahwa hendaknya jangan mempergunakan kata-kata keras terhadap ibu-bapak, apalagi berbuat tidak baik terhadap mereka.
Selain itu, Allah Ta'ala berfirman,
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا ﴿النساء: ٣٦﴾ـ
Artinya: "Dan, sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan sesuatu dengan-Nya; dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang sesanak-saudara, tetangga yang bukan kerabat, handai taulan, musafir, dan yang dimiliki oleh tangan kananmu. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang sombong, membanggakan diri."
Rasulullah saw, lebih tegas lagi beliau bersabda,
حَدَّثَنَا أَبُو حَفْصٍ، عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ "رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ " . (الترمذي, كتاب البر والصلة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم, باب مَا جَاءَ مِنَ الْفَضْلِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ)ـ
Artinya, "Ridho Tuhan ada pada ridho orang tua; dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan orang tua" (
H.R. Tirmidzi, Kitab tentang Kesalehan Dan Mempertahankan Hubungan Baik Dengan Kerabat, Bab: Tentang Keutamaan Menyenangkan Orangtua)
Rasulullah saw menjelaskan bahwa durhaka kepada orang tua (menentang orang tua) adalah merupakan dosa besar,
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُنِيرٍ، سَمِعَ وَهْبَ بْنَ جَرِيرٍ، وَعَبْدَ الْمَلِكِ بْنَ إِبْرَاهِيمَ، قَالاَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسٍ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَنِ الْكَبَائِرِ قَالَ " الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ ". تَابَعَهُ غُنْدَرٌ وَأَبُو عَامِرٍ وَبَهْزٌ وَعَبْدُ الصَّمَدِ عَنْ شُعْبَةَ. (البخاري ـ كتاب الشهادات ـ باب مَا قِيلَ فِي شَهَادَةِ الزُّورِ)ـ
Artinya: Nabi (saw) ditanya mengenai dosa besar, "menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh manusia, dan kesaksian palsu" (
H.R. Bukhari)
Rasulullah saw menjelaskan bahwa Surga, ada kaitannya dengan ketaatan kepada orang tua,
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ الْهُجَيْمِيِّ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، أَنَّ رَجُلاً، أَتَاهُ فَقَالَ إِنَّ لِي امْرَأَةً وَإِنَّ أُمِّي تَأْمُرُنِي بِطَلاَقِهَا . قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ " الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ " . قَالَ وَقَالَ ابْنُ أَبِي عُمَرَ وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ إِنَّ أُمِّي وَرُبَّمَا قَالَ أَبِي . وَهَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ . وَأَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيُّ اسْمُهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَبِيبٍ . (الترمذي ـ كتاب البر والصلة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ـ باب مَا جَاءَ مِنَ الْفَضْلِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ )ـ
Artinya: Orang tua (ayah) ada di tengah-tengah pintu surga; Jika kamu ingin, maka kamu bisa mengabaikan pintu itu atau menjaganya" (
H.R. Tirmidhi)
Rasulullah saw menjelaskan bahwa doa orang tua itu sangat makbul apabila ditujukan kepada anaknya, Oleh karena itu sang anak maupun orang tua harus berhati-hati. Jangan sampai salah satunya atau keduanya saling mendurhakai.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ هِشَامٍ الدَّسْتَوَائِيِّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ " . قَالَ أَبُو عِيسَى وَقَدْ رَوَى الْحَجَّاجُ الصَّوَّافُ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ نَحْوَ حَدِيثِ هِشَامٍ . وَأَبُو جَعْفَرٍ الَّذِي رَوَى عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يُقَالُ لَهُ أَبُو جَعْفَرٍ الْمُؤَذِّنُ وَلاَ نَعْرِفُ اسْمَهُ وَقَدْ رَوَى عَنْهُ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ غَيْرَ حَدِيثٍ . (الترمذي ـ كتاب البر والصلة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ـ باب مَا جَاءَ فِي دَعْوَةِ الْوَالِدَيْنِ)ـ
Artinya: Ada tiga doa yang mustajab. Tidak ada keraguan (doa akan diterima); (1) Doa orang yang tertindas, (2) Doa (musafir) orang yang dalam perjalanan (3) Doa (orang tua) ayah kepada anaknya" (
H.R. Tirmidhi)
Keterangan:
+ Ayat Alquran dikutip dari Mushaf Utsmani.
+ Terjemahan dikutip dari Alquran dengan terjemah dan Tafsir Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Bagus pak Isa, lanjutkan....
BalasHapusJazakumullah ahsanal jaza pak.
Hapus